Perencanaan, Pelaksanaan dan Asesmen, dan Pelaporan Hasil Kokurikuler 2025

Author Image

 


Perencanaan

Perencanaan kurikulum kokurikuler dirancang sebagai sebuah proses yang terstruktur dan kolaboratif, memastikan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan bermakna dan berorientasi pada pengembangan kompetensi murid secara holistik, khususnya penguatan karakter dan tercapainya delapan dimensi profil lulusan. Proses perencanaan ini merupakan tahapan kerja penting yang dilakukan pada awal tahun ajaran.

Berikut adalah bagaimana perencanaan kurikulum kokurikuler dirancang untuk mencapai tujuan tersebut:

1. Penentuan Tim Kerja Kokurikuler

Tahap pertama dalam pengembangan kegiatan kokurikuler adalah pembentukan tim kerja, yang bertujuan untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi berjalan terstruktur, kolaboratif, dan berkesinambungan. Tim ini dibentuk oleh kepala satuan pendidikan dan terdiri dari:

a. koordinator kokurikuler (yang juga dapat disebut koordinator pembelajaran berbasis projek)
b. guru kelas atau guru mata pelajaran
c. tenaga kependidikan
d. warga satuan pendidikan lainnya
yang relevan.

Pembagian peran dalam tim kerja kokurikuler meliputi:

a. Kepala Satuan Pendidikan

Memimpin penyusunan kesepakatan dan regulasi, menentukan koordinator, memimpin implementasi sebagai penanggung jawab, memimpin analisis kebutuhan untuk menentukan dimensi profil lulusan yang akan dikuatkan, dan memimpin upaya membangun jejaring kemitraan.

b. Pendidik (Koordinator dan Fasilitator):

Koordinator Pembelajaran Berbasis Projek (Koordinator Kokurikuler)

Mengembangkan kemampuan kepemimpinan, membuka kolaborasi dengan narasumber, mengomunikasikan pembelajaran dan kebijakan, mengelola sistem pelaksanaan, memastikan kolaborasi antar guru, memastikan aktivitas kaya dan beragam, serta memastikan rancangan dan asesmen sesuai kriteria.

Guru Mata Pelajaran/Guru Kelas sebagai Fasilitator

Bersama koordinator menyusun perencanaan dan melaksanakan kegiatan, menjadi aktivator, kolaborator, dan pengembang budaya belajar murid, serta melakukan asesmen kokurikuler.

c. Tenaga Kependidikan

Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung.

d. Warga Satuan Pendidikan

Bertindak sebagai mitra dan ikut menjaga ekosistem yang kondusif.

2. Analisis Satuan Pendidikan

Perencanaan kokurikuler didasarkan pada analisis lanjutan yang berfokus pada pemetaan tujuan dan kegiatan kokurikuler agar berbasis pada kebutuhan satuan pendidikan dan murid. Analisis ini dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dan berorientasi pada kebutuhan belajar murid untuk mencapai delapan dimensi profil lulusan.

Identifikasi kebutuhan dapat dilakukan melalui diskusi dengan pendidik, observasi, pemeriksaan dokumen hasil pembelajaran, dan analisis untuk mengidentifikasi delapan dimensi profil lulusan yang masih memerlukan penguatan, cara penguatan, dan tindak lanjutnya. Dalam analisis, satuan pendidikan perlu memperhatikan:

  • Kesesuaian dengan kurikulum satuan pendidikan.
  • Minat dan bakat murid serta capaian pembelajaran yang belum optimal di intrakurikuler.
  • Sumber daya yang dimiliki atau dapat diakses, meliputi sumber daya fisik, manusia (keahlian khusus guru, orang tua, alumni, mitra), finansial, dan lingkungan (museum, sanggar, hutan kota, instansi pemerintah).
  • Kondisi kontekstual dan karakteristik sosial terkait kehidupan keseharian murid.

3. Membuat Perencanaan

Berdasarkan Hasil Analisis Dari hasil analisis di atas, satuan pendidikan kemudian menentukan beberapa elemen penting:

a. Dimensi Profil Lulusan yang akan Dipilih

Hasil analisis menjadi dasar penentuan dimensi profil lulusan yang akan disasar dalam kegiatan kokurikuler. Contohnya, jika penggunaan gawai meningkat, dimensi penalaran kritis dapat menjadi fokus agar murid mampu menyaring informasi. Atau, jika banyak orang tua berprofesi wiraswasta di bidang UMKM dan pariwisata, dimensi kreativitas dan kolaborasi dapat dikembangkan.

b. Tema dalam Kegiatan Kokurikuler

Tema berfungsi untuk mengaitkan kegiatan kokurikuler dengan konteks sosial budaya dan karakteristik murid. Satuan pendidikan didorong untuk membuat tema yang kontekstual dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Contoh tema inspirasi meliputi "Generasi sehat dan bugar", "Peduli dan berbagi", "Aku cinta Indonesia", "Hidup hemat dan produktif", "Berkarya untuk sesama dan bangsa", dan "Gaya hidup berkelanjutan".

c. Bentuk Kegiatan Kokurikuler

Kegiatan kokurikuler diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk utama, yang dapat dipilih dan dikembangkan sesuai karakteristik murid dan konteks satuan pendidikan. Ini bertujuan untuk memperkuat delapan dimensi profil lulusan, menunjang intrakurikuler, dan memberikan pengalaman belajar bermakna.

Pembelajaran Kolaboratif Lintas Disiplin Ilmu

Mengintegrasikan dua atau lebih mata pelajaran/muatan pembelajaran dalam satu tema yang relevan dengan kehidupan nyata murid. Tujuannya adalah membantu murid melihat keterkaitan antar ilmu dan memperdalam pemahaman melalui pengalaman kontekstual. Contohnya, tema "Lingkunganku Sehat, Aku Kuat" dapat mengintegrasikan IPAS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan Seni dan Budaya untuk mencapai dimensi kesehatan, penalaran kritis, dan kolaborasi.

Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH)

Fokus pada pembentukan karakter murid melalui pembiasaan positif yang rutin, konsisten, dan terencana. Tujuh kebiasaan ini meliputi: Bangun pagi, Beribadah, Berolahraga, Makan sehat dan bergizi, Gemar belajar, Bermasyarakat, dan Tidur Cepat. Pelaksanaannya memerlukan ekosistem pendukung dari Catur Pusat Pendidikan (satuan pendidikan, keluarga, masyarakat, media). Contoh aktivitasnya seperti jurnal kebiasaan harian, tantangan kelas mingguan, atau kampanye kebiasaan baik.

Cara Lainnya

Berupa kegiatan ciri khas satuan pendidikan berbasis konteks lokal (misalnya membatik, bertani), kegiatan berbasis nilai-nilai satuan pendidikan (misalnya latihan kepemimpinan, mengaji), atau kegiatan satu disiplin ilmu yang melibatkan kolaborasi beragam keilmuan dan keahlian (misalnya pentas seni).

d. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran kokurikuler adalah pernyataan yang menggambarkan arah, capaian, dan hasil yang diharapkan. Komponennya adalah gabungan antara kompetensi (delapan dimensi profil lulusan) yang ingin dibangun dan konten atau muatan nilai yang ingin ditanamkan (tema proyek, kebiasaan positif, nilai khas, atau isu kontekstual). Contoh, "Murid mampu mengidentifikasi kondisi lingkungan sekitar dan menyampaikan pesan ajakan hidup bersih secara kreatif".

e. Alokasi Waktu

Alokasi waktu kokurikuler telah diatur dalam Peraturan Menteri tentang implementasi kurikulum, dengan jumlah jam pelajaran per tahun bervariasi untuk setiap jenjang (PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB). Satuan pendidikan memiliki keleluasaan untuk membagi pelaksanaannya menjadi dua semester, dan alokasi waktu untuk setiap kegiatan tidak harus sama. Muatan lokal dapat diintegrasikan selama dirancang sebagai penguatan nilai atau budaya, tanpa mengambil alokasi jam pelajaran muatan lokal itu sendiri. Koordinator kokurikuler juga mendapatkan beban kerja tambahan.

f. Merancang Aktivitas

Aktivitas dirancang beralur, mempertimbangkan pengalaman belajar memahami, mengaplikasi, dan merefleksi. Berbagai jenis aktivitas dapat digunakan, seperti:

  • Aktivitas praktikal: Berkebun, bertukang, mengolah pangan, membuat model, berniaga, olah fisik.
  • Aktivitas keagamaan: Terlibat dalam kegiatan keagamaan di lingkungan sekitar.
  • Kunjungan/pemanfaatan fasilitas umum: Cagar budaya, museum, perpustakaan, kantor pemerintahan, pasar, sanggar.
  • Aktivitas penelitian: Pengumpulan dan penyajian data (jurnal ibadah/olahraga, wawancara, observasi).
  • Aktivitas penelitian berbasis riset dan studi literatur: Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, berdiskusi, menganalisis, dan menyajikan.
  • Aktivitas advokasi: Kampanye, sosialisasi, penyuluhan tentang isu penting seperti hemat energi atau bahaya rokok.
  • Pelibatan narasumber: Melibatkan masyarakat atau ahli untuk berbagi pengetahuan/keterampilan terapan.

g. Merancang Asesmen

Asesmen merupakan bagian integral untuk merefleksikan pencapaian delapan dimensi profil lulusan. Asesmen menggunakan asesmen formatif (selama proses, untuk umpan balik) dan asesmen sumatif (di akhir kegiatan, untuk melihat ketercapaian tujuan).

  • Asesmen harus mengacu pada alur perkembangan delapan dimensi profil lulusan dan dirancang untuk menilai ketercapaiannya secara ringkas.
  • Bersifat fleksibel dan kontekstual, disesuaikan dengan bentuk kokurikuler dan karakteristik murid.
  • Hasil asesmen dilaporkan dalam rapor murid pada kolom tersendiri, dengan deskripsi yang menggambarkan pencapaian dimensi profil lulusan secara ringkas dan positif. Asesmen formatif dan sumatif dapat diintegrasikan dalam asesmen intrakurikuler jika diperlukan.

Pelaksanaan

Pelaksanaan kokurikuler merupakan tahapan krusial setelah perencanaan yang matang, di mana pendidik mewujudkan rencana menjadi pengalaman belajar yang bermakna bagi murid.

Berikut adalah bagaimana pelaksanaan kokurikuler dijalankan:

Pendekatan Umum Pelaksanaan

  1. Pada tahap awal pelaksanaan kokurikuler, pendidik menjalankan kegiatan dengan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat.
  2. Pendidik juga mengamati dinamika pembelajaran yang terjadi.
  3. Penting bagi pendidik untuk menyesuaikan strategi pembelajaran agar lebih kontekstual, kolaboratif, dan mendorong eksplorasi serta refleksi murid.
  4. Selama pelaksanaan, pendidik harus menciptakan ruang belajar yang menantang, menggugah rasa ingin tahu, dan memberi kesempatan bagi murid untuk terlibat aktif, mengembangkan ide, dan memecahkan masalah secara kreatif.

Pelaksanaan Berdasarkan Bentuk Kegiatan Kokurikuler

Kegiatan kokurikuler diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk utama, dan pelaksanaannya disesuaikan dengan karakteristik masing-masing:

a. Pembelajaran Kolaboratif Lintas Disiplin Ilmu

  • Pelaksanaan ini dapat dilakukan mirip dengan pembelajaran intrakurikuler yang berorientasi pada Capaian Pembelajaran (CP) sesuai mata pelajaran yang terlibat.
  • Tujuannya adalah untuk memperkuat delapan dimensi profil lulusan.
  • Hasil asesmen dari bentuk kegiatan ini dapat diintegrasikan pada nilai intrakurikuler sesuai mata pelajaran yang relevan.

b. Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH)

  • Pelaksanaan G7KAIH perlu mempertimbangkan alokasi waktu yang mendukung, karena hasil yang diharapkan adalah pembentukan kebiasaan.
  • Oleh karena itu, frekuensi pelaksanaannya perlu disesuaikan agar lebih rutin.
  • Meskipun tema kokurikuler dapat berganti (misalnya dari "berolahraga" ke "makan sehat dan bergizi"), pembiasaan yang telah disepakati (misalnya kebiasaan berolahraga) tetap perlu dilakukan secara rutin.
  • Bentuk asesmen formatif juga menyesuaikan untuk kurun waktu yang lebih panjang, seperti jurnal olahraga murid selama satu semester atau tiga bulan, meskipun asesmen sumatif telah selesai.

c. Cara Lainnya

  • Bentuk ini mencakup kegiatan ciri khas satuan pendidikan berbasis konteks lokal, kegiatan berbasis nilai-nilai satuan pendidikan, atau kegiatan satu disiplin ilmu yang melibatkan kolaborasi beragam keilmuan dan keahlian.
  • Serupa dengan G7KAIH, apabila hasil yang diharapkan adalah internalisasi nilai-nilai satuan pendidikan, maka kegiatan tertentu dapat terus dilaksanakan walaupun durasi kegiatan kokurikuler sudah selesai.

Peran Asesmen dalam Pelaksanaan

Asesmen adalah bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan kokurikuler.

  1. Asesmen formatif digunakan sepanjang proses kegiatan berlangsung. Tujuannya adalah untuk memantau efektivitas strategi pembelajaran yang responsif, memberikan umpan balik yang membangun untuk penguatan, pendalaman, dan/atau pengayaan kegiatan intrakurikuler dalam pengembangan kompetensi murid.
  2. Asesmen sumatif dilakukan di akhir kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai, dengan mengacu pada alur perkembangan delapan dimensi profil lulusan.
  3. Hasil asesmen sumatif ini juga menjadi dasar perencanaan pembelajaran selanjutnya, sehingga siklus belajar terus berlanjut secara reflektif dan adaptif.

Pelaporan Hasil Kokurikuler

Pelaporan hasil kokurikuler dicantumkan dalam rapor murid pada kolom tersendiri. Laporan ini harus berisi deskripsi kegiatan yang dilakukan murid dalam kokurikuler beserta pencapaian dimensi profil lulusan yang telah ditentukan.

Berikut detail lebih lanjut mengenai pelaporan:

Isi Pelaporan:

  • Laporan memuat deskripsi tentang kegiatan yang dilakukan murid dalam kokurikuler.
  • Laporan juga mencakup pencapaian dimensi profil lulusan yang sudah ditentukan.
  • Deskripsi dalam rapor harus menggambarkan pencapaian dimensi profil lulusan murid secara ringkas.
  • Penting untuk menggunakan bahasa yang positif dan edukatif dalam deskripsi.
  • Deskripsi di rapor didasarkan pada asesmen formatif dan sumatif.

Integrasi Pelaporan untuk PAUD:

  • Mengingat kegiatan kokurikuler pada satuan PAUD dapat terintegrasi dengan intrakurikuler, maka pelaporan kokurikuler dapat diintegrasikan dalam deskripsi elemen Capaian Pembelajaran (CP) yang paling terkait dengan dimensi profil lulusan yang dipilih.
  • Apabila satuan PAUD membuat kegiatan kokurikuler yang terpisah dengan intrakurikuler, maka dapat dibuat kolom kokurikuler tersendiri di rapor.

Cakupan Pelaporan:

  • Deskripsi dalam rapor mencakup seluruh kegiatan kokurikuler yang dilakukan dalam tiap semester.
  • Artinya, jika satuan pendidikan melaksanakan dua atau lebih kegiatan kokurikuler dalam satu semester (misalnya, pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu yang fokus pada penalaran kritis dan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH) yang fokus pada kolaborasi), maka pelaporannya cukup satu yang mencakup dimensi profil lulusan yang sudah ditentukan.
  • Setelah satuan pendidikan melaksanakan kokurikuler selama satu semester, hasil kegiatan tersebut dianalisis untuk menentukan dimensi profil lulusan yang sudah diperkuat dan dimensi yang masih memerlukan penguatan pada murid. Pendidik kemudian mendeskripsikan dimensi profil lulusan ini di rapor.

Contoh Inspirasi Pelaporan di Rapor

Berdasarkan perencanaan kegiatan kokurikuler dengan tema "Peduli Lingkungan" di SMP Generasi Unggul untuk kelas VII, yang fokus pada dimensi Penalaran Kritis dan Komunikasi, berikut adalah beberapa inspirasi deskripsi rapor:

  • Inspirasi 1: "Ananda Putra sudah baik dalam penalaran kritis dengan mampu menjelaskan 3-5 interaksi antar komponen-komponen yang membentuk ekosistem, dan masih perlu berlatih dalam mengomunikasikan gagasan."
  • Inspirasi 2: "Ananda Putra sudah baik dalam penalaran kritis saat mencari solusi terhadap permasalahan terkait lingkungan dan masih perlu berlatih dalam mengomunikasikan gagasan."
  • Inspirasi 3: "Ananda Putra sudah baik dalam penalaran kritis dan masih perlu berlatih dalam mengomunikasikan gagasan dalam tema peduli lingkungan."

BONUS

  1. Format Rapor Fase A, B, C terbaru 2025: Rapor Fase A, B, dan C
  2. Format Rapor Fase A terbaru 2025 (alternatif jika tidak menyertakan nilai angka): Rapor Fase A

Mungkin Anda Tertarik Membaca Postingan ini?
Link berhasil disalin!
Tags :
Author Image

Onizukartz
Seorang yang suka perkembangan teknologi, blogwalking, dan mendokumentasikannya ke self-library dalam bentuk postingan di blog sejak 2012.

Related Posts

Show comments
Hide comments

0 Comments:

Posting Komentar